Disaat Sang Waktu pun mulai membunuh, Buyung pun mulai bingung.

Kira - kira sekitar 2 tahun yang lalu, buyung mempunyai 2 kawan yang benar - benar mengerti akan dirinya, Ia bernama Semot Dan Kewu. Kita berkumpul bukan karena tidak mempunyai tujuan, namun. Kita berkumpul atas tujuan kita bersama. Tujuan kami pada saat itu hanya satu, yakni membuat sebuah republik ini berkembang dan maju, bukan berarti ketika kami berkonsorsium kami tidak memiliki perbedaan, perbedaan kami sangatlah banyak sekali. Ada yang pendiam, namun. Ia gampang sekali untuk akrab dengan seseorang yang baru. Ada juga yang selalu mempunyai egosektoralnya sendiri dan ia selalu mempunyai zona privasi terlarang, dimana zona itu tidak boleh diketahui oleh siapapun itu termasuk 2 kawannya tersebut.


Bukan suatu hal baru, jika dalam awalan sebuah cerita, tokoh-tokohnya diperkenalkan. Saya juga ingin mencoba untuk memulai cerita ini dengan memperkenalkan tokoh-tokoh yang menurut saya sangat sekali berharga dan patut untuk diceritakan. Kenapa saya masukan dalam tulisan, karena jika tidak seiring waktu membunuh pagi, siang dan malam. Tokoh tersebut pun hilang bak ditelan oleh sang waktu yang memperkerjakan detik, menit, jam dan hari.

Tokoh Kewu pun dengan kepiawaiannya sering sekali menjadi seorang Penakluk, bak arjuna yang berhasil menaklukan hati seorang Srikandi, Kewu pun bisa dikatakan sama. Ia selalu menaklukan hati orang yang diajaknya berbicara. Mungkin ini selaras atau hanya asumsiku saja, Ia pernah berkata dan beberapa kali kata itu terulang dari mulutnya yang selalu menjadi penakluk. Bahwa, aktivis jaman sekarang itu sudah beda gaya, arah geraknya, dan untuk menjadi trans setter kita tidak harus menjadi seorang yang pandai beretorika. Cukup dengan kita pandai menyiasati setiap omongan yang akan kita keluarkan dari mulut dan pandai bersolek dengan seiring bergantinya trend pakaian yang kita pakai, kita bisa menaklukan hati lawan bicara kita.

Bak seperti Anya Geraldine, yang pintar menempatkan dirinya dengan keadaan fisik yang dimilikinya, Ia selalu fokus terhadap pengembangan diri yang dimilikinya. Tentu itu sudah benar, karena yang terjadi hari ini adalah. Kita sendiri saja selalu belum pernah untuk bisa menempatkan diri kita sesuai dengan kelebihan kita. Ia yang selalu mempunyai keinginan memajukan republik dengan caranya sendiri tanpa pernah berpikir dua kali untuk kita harus sejalan dengan isi kepala, Ia lah sang Inisiator yang bisa juga seniman masa kini, karena dari tempat dimana Ia berada, Ia selalu berpegang pada prinsip yang penting gerak dulu masalah cara dan strategi kita pikirkan nanti.

Beda halnya dengan Kewu, Ia yang sangat mengintoleransi orang lain bahwa dengan anggapannya, tidak ada tokoh seheroik Gie. Jika pun itu ada, itu adalah reinkarnasi dari Gie. Sikapnya yang dingin, dan selalu mempunyai rasa tidak percaya terhadap sesuatu yang mengedepankan "Katanya".
Bak tokoh idolanya yang jua dingin, kerap Ia pun selalu menilai semua orang itu adalah sama, tidak pernah beda jauh dengan berbeda. Ia membangun perspektif untuk percaya bahwasannya untuk menjadi seorang pengubah itu hanya cukup 1 orang saja, Ia selalu mengenyampingkan pikiran orang lain lebih hebat, Ia beranggapan semuanya yang menjadikan seorang manusia itu heroik yakni karena jalan proses yang ditempuh.

Cita - citanya adalah menjadi seorang Komisioner pusat di republiknya, berbeda dengan Kewu, Ia selalu berprinsip pada kemandirian. Ini yang menjadikannya seorang pemikir, bagaimana tidak. Satu langkah pun yang Ia lakukan salah, tentu itu akan menjadikannya sebuah karya atau hasilnya tidak sempurna, Tetapi. Ini yang tidak dimiliki oleh orang lain sebanyanya, seorang pemikir yang ulung dan memiliki banyak sekali strategi dan retorika, Tentu bukan sebuah hal naif bagi kami untuk mengajak Ia berkonsorsium. bagaimana tidak, sebuah kerajaan jika tidak mempunyai jendral perang yang pintar tentu Saya berani bertaruh, bahwa kerajaan tersebut tidak akan bertahan cukup lama. Ia lah SANG PEMIKIR ULUNG.

SIAPA AKU? ucap buyung dalam hati. Aku adalah tokoh yang selalu merekam jejak yang kupikirkan, mensunyikan senyap yang kurenungkan. Aku adalah seorang yang selalu berpikiran semua hal yang dilakukan pada hari ini adalah kebagusan, bagaimana tidak, jika itu adalah standar kebaikan bagi republiknya. Ia pun ikut bahagia. Simpel kan? Terdengar sangat bodoh bagi kebanyakan orang, tapi YAKINILAH, bahwa Buyung tidak pernah memikirkan sesuatu imbalan, baik itu buruk ataupun baik, Ia selalu kerjakan dengan polos, alasannya. karena dari tempatku berada, aku yakin aku bisa memberimu kebaikan, melihat engkau tersenyum, walaupun aku tak bisa memberikan lebih. Maafkan aku karena aku yang tidak pernah memberikan lebih dari ini. Tapi sebenarnya aku tak pernah benar-benar untuk meninggalkanmu. Aku pergi bukan untuk nenjadi jauh untukmu. Tapi justru menjadi abadi bersama tujuan yang pernah kita buat sebelum ini. Aku bukan penulis, aku hanya mengutip salah satu dari tulisan di novel. "Dimana sang tokoh selalu merasa melewati jalan asing. Mencari entah apa, berlari entah untuk apa. Ratusan persimpangan dilewati, lalu diabaikan. Hingga kerinduan menjelma menjadi bayangan sepanjang perjalanan. Akulah tokoh itu".

Komentar

Postingan Populer