Ayong Yang Berharap Kembalinya Kampus Sebagai Moral Force Bagi Mahasiswa
"Masyarakat Ilmiah Yang Tidak Boleh Terjebak Legitmasi Kepentingan Penguasa. Melainkan Harus Berpegang Pada Tradisi Kebenaran Objektif. Masyarakat Kampus Harus Terhindar Dari Tarik Menarik Kekuasaan Dan Konspirasi Kekuatan Internasional Yang Ingin Menghancurkan Indonesia".
Darmakritika - "Terlihat setumpuk kertas berserakan di samping meja laptop ayong. Duduk sila sambil memegang kepala dengan rambut berantakan yang siapapun melihat akan tergambar jelas ia sedang pusing khas mahasiswa sekali. Akan tetapi bukan tugas kuliah yang ayong fikirkan akan tetapi inem anak fakultas ekonomi yang sudah enam hari tak memberi kabar paska kencan mereka padahal ayong telah mengerahkan kemeja andalannya".
"Sesunyi kentut dalam kelas kekasih, rinduku padamu menyebar ke segala penjuru ruangan". Terlihat kata-kata diantara setumpuk kertas yang berserakan. Ayong selalu ingin berbeda dengan yang lain. Disaat masyarakat dipusingkan dengan pesta demokrasi (pemilu) ia lebih memilih memusingkan diri dengan urusan asmaranya. Padahal kamar sebalah kosannya dari pukul 20.00 wib tadi telah di mulai debat pendukung capres dan cawapres beda nya disini tak ada ira koesno yang cantik sebagai pembaca acara. Ada nya mamang penjual bakso malang yang memanfaatkan situasi ramai nya tamu undangan yang hadir.
Ibu dan Bapak kos yang dari tadi mendengear keributan yang terjadi hanya bisa geleng-geleng. "Mahasiswa jaman sekarang pada aneh ya pak, siapapun yang menang juga gak turun uang BPP mereka" ucap ibu. "loh memang sepatut nya mahasiswa harus memikirkan yang terbaik buat bangsa buk" ujar pak kos. "iya pak ibu tau, tapi di jaman banyak nya manipulasi data dan hoax yang bertebaran, emang mereka tau mana data yang benar-benar dapat jadi landasan? wong mereka itu konsumtif kok sekarang pak" Jawab ibu. "data itu gak mungkin di manipulasi buk" timpal pak kos lagi. "alah orang bapak aja bisa manipulasi nama kontak bu caca dosen kampus biru itu jadi bambang kok". Seketika pak kos langsung menawarkan koleksi tas terbaru pada ibu kos yang terkenal pecinta tas bermerek itu.
Sementara ayong yang dari tadi masih memegang kepala nya tiba-tiba di kagetkan dengan smartphone nya yang berbunyi. Akhirnya pesan dari Inem anak fakultas ekonomi yang ditunggu nya enam hari lalu masuk. Akan tetapi begitu kagetnya ia pesan yang masuk bukan peryataan perasaannya melainkan "Demokrasi bukan untuk memilih yang terbaik tapi mencegah yang terburuk untuk berkuasa". Dengan sedikit kecewa Ayong membalas "selama geopolitik seperti saat ini, kesadaran masyarakat akan politik selalu berujung pada uang, hilangnya makna pesta demokrasi, selama itu juga saya akan memilih sikap abstain kekasih". (Yoga, Husni)
Komentar
Posting Komentar