Buyung

Di pojok kiri bawah rumah Buyung yang hanya Buyong lah tukang karedok satu satunya tetangga buyung pada saat itu dan sampe sekarang. Buyung dengan nama lengkap Buyung Erlangga adalah mahasiswa ilmu pemerintahan di kampus biru diselingi dengan cat warna putih. Ketika itu buyung berjalan keluar untuk mencari sesuatu yang bisa dia makan sampai dimana tempat biasa dia menghilangkan rasa laparnya yaitu tempat langganannya warung karedok Buyong karedok.

Buyung yang waktu itu tidak memakai sandal bakiaknya menelusuri jalan rusak dengan batuan terjal dengan tanah longsor kebawah berharap bantuan dari pemerintah akan pemerataan pembangunan infrastruktur jalan yg katanya digembor - gembor nyatanya tidak sesuai dengan keadaan yg ada dirumah Buyung. Sampai ditempat Buyong karedok sembari duduk ia termenung akan tugas yg diberikan pak mono untuk mencari pelanggaran politik, Buyung pun memikirkan pembicaraan pak mono tentang pasal 73 ayat 3 undang undang No. 3 tahun 1999

Di tengah tengah kekesalan akan hal tersebut Buyung melihat pakde Jali yang sedang memandikan ayam jago kesayangannya, Buyung mencoba memulai obrolan. "Pakde kemarin di lapangan balap burung dara ada apa ya rame ibu ibu selepas saya pulang ngampus?" Ujar Buyung. "Haih le biasa lah kerjaan orang orang yang mau jadi wakil rakyat jelang pemilihan ya gitu caranya untuk mengambil hati warga". Ucap pakde Jali

Buyung pun mengernyitkan dahi seraya berkata "bukannya itu pelanggaran ya pakde, saya kemarin baca dari buku yang dibeli pake uang hasil ngutang dari pakde waktu itu. Ada mas Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa politik adalah cara utama untuk memanusiakan manusia dengan cara mementingkan kepentingan dan tujuan untuk kebaikan bersama jika caranya salah efek bisa memunculkan pemimpin yang salah".

"Embuh le pakde ra weruh. Kemarin bukle mu gak dateng tuh dia abis nengok mbakmu markonah di kampung dia lahiran" Pakde Jali.  Karedok pun sudah jadi, daripada pusing akhirnya "bungkus aja bukde saya mau makan dirumah sembari nulis". (husni)