Kelainan Yang Melanda Alen


"sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab perihal melanjutkan kebenaran yang objektif harus dan wajib memiliki pemahaman yang utuh akan hal itu. Maka disitulah letak mahasiswa untuk memutar arah jarum jam sesuai dengan porosnya kembali"
Mundiri dan Kaehlan.

Darmakritika - "Pada usianya yang sekarang menginjak 24 tahun dia tinggal di sebuah daerah Lampung, Teluk Betung. Yang biasa disebut - sebut masyarakat disini sebagai Texasnya Lampung. Yang mengakibatkan beliau mengenal dunia - dunia kelam seperti kelamnya kehidupan malam yang pernah ia lewati sebelum - sebelummya. Jadi jangan tanya lagi soal sepak terjang ia soal dunia kelam ataupun hal - hal yang menyangkut tentang itu".

Tapi justru ditengah hiruk pikuk lingkungannya yang seperti itu, keluarga Alen tetap menjalankan tradisi intelektual yang mengakibatkan Alen terseret pada dunia pendidikan dan sekarang ia terdampar pada sebuah institusi pendidikan yang tak lain adalah kampus biru. Seperti umumnya mahasiswa yang malas, Alen tidak bisa menahan godaan untuk memperluas proses intelektualnya yang membuat ia terangsang akan hal - hal itu.

Sesunyi daerah Sabah Balau yang keheningan malam membuatnya ia menjadi sunyi. Di antara banyaknya mahasiswa yang beralu alang, Ia hanya duduk termenung. Seketika Alen teringat cerita Ayahnya tadi pagi tentang kesenjangan sosial kaum buruh. Perihal tentang itu bahwa fenomena yang terjadi saat ini adalah buruh sebagian banyak bisa di pikirkan secara sepintas dengan nalar yang sedikit sehat menurut saya. Bahwa kita semua adalah buruh, buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah, kita semua calon buruh yang mau menjadi buruh, pada dasarnya ketika suatu manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuan hanya untuk mendapatkan gaji dari pemodal itu adalah buruh. 
Saat ini yang lebih parahnya bahwa buruh menjadi komoditas para pemilik modal, mereka lebih mementingkan kepentingan - kepentingan sepihak, tidak memenuhi hak - hak buruh dengan sepantasnya, jika dimaknai lebih dalam, bahwasannya buruh ada dan tidak pernah terikat oleh modal. Bisa dikatakan bahwa berkembangnya perusahaan, sekali lagi saya tekankan bahwa berkembangnya perusahaan dihasilkan dari tenaga kerja dan tidak akan ada perkembangan perusahaan jika tidak adanya tenaga kerja.
Kenyataan yang dilihat saat ini bahwa pemerintah tidak lagi melindungi Rakyat atas hak - haknya, dimana asas kepancasilaan, dimana asas keadilan bagi rakyat, dan dimana asas kekuasaan, saat ini yang seharusnya pemerintah menjadi pelindung bagi rakyatnya, ini malah hanya menjadikan buruh sebagai budak para korporat, dan alangkah lucunya lagi pemerintah hanya menjadi alat dari kaum - kaum kapitalis untuk menciptakan buruh dengan upah murah, hanya menjadi mediator ketika buruh menuntut hak - hak terhadap penguasa tidak menjadi tameng akan pemilik modal yang menginginkan untung banyak tapi dengan modal yang sedikit, mungkin mereka sedang mengalami sedikit cemas banyak rindunya.

Maka dari itu teman teman mahasiswa setanah air, tanah Sumatera, tanah Jawa, Tanah Papua dan lain lain, patut kita sesalkan dan saya yang bernamakan Alen salah satu mahasiswa yang mulai sedikit sadar dengan keadaan seperti itu harus memiliki pemahaman yang utuh akan seuatu yang sering sekali kita jalani sungguh riskan ketika kita mempunyai gelar sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab perihal melanjutkan kebenaran yang objektif harus dan wajib memiliki pemahaman yang utuh akan hal itu. 

Kita bisa menyaring dan menilai kejadian secara selintas. Pemikiran yang secara selintas kelihatan BENAR dengan segala sistem yang sudah teretimasi dengan baik tetapi terlihat sebagai kebohongan dan mencoba untuk memutarbalikan kenyataan dengan tujuan memperoleh kemaslahatan golongan. Maka disitulah letak mahasiswa untuk memutar arah jarum jam sesuai dengan porosnya kembali.

Untuk itu ketika kalian bingung ingin memulai dari mana, coba lah kita sama - sama menanyakan harga padi yang dijual oleh para petani kepada pemerintah, apa seimbang apakah pemerintah menghargai jerih payah petani? Dan harga pupuk yang dibeli petani dari pemerintah. Apakah mereka meringankan petani? Itulah langkah yang menurut saya paling awal untuk memulai sebuah revolusi yang digadang gadang sebagai revolusi utopis tapi apa salahnya untuk kita coba, bila bukan sekarang mau siapa yang akan memulai untuk keadilan dan kebijakan bagi kita semua terutama umat manusia. (Golek) 

Komentar

Postingan Populer