Keresahan Di Republik Ayong
"Jangan Sampai Lisan Mengucap Komitmen
Tapi Dirimu Selalu Melewatkan Maknanya"
Darmakritika - "Sudah 24 jam lebih ayong tidak keluar dari kosan, terhitung dari terakhir aku melihatnya membaca pesan teks dari inem anak fakultas ekonomi. Tak ada suara sedikitpun yang terdengar dalam kosannya, bagi siapapun yang melihat akan mengira kosan itu tak berpenghuni. Tiba-tiba Subuh ini terdengar ayong teriak "gagal itu cara manusia menamai hasil yang sesuai kehendak-Nya, tetapi tak sesuai kehendaknya" seketika seluruh keluarga besar anak kosan sahabat kaget dan sontak keluar. Tak luput juga si aziz anak fakultas tehnik kampus biru yang sedang memasak mie dan menyeduh kopi hasil bagi-bagi sembako salah satu calon pun ikut keluar dari kamarnya".
Ibu kos yang ikut kaget lantas menanyakan perihal yang terjadi kepada mas budi penjaga kosan. "kenapa ayong teriak subuh begini mas ?. "ini bu, ayong kesel kenapa ia seharian dikamar jadi dia gak dapet bagian sembako dari calon kayak temen yang lainnya". "elehh mas budi kali yang kesel sembako nya cuman mie sama kopi gak sesuai dengan penamaan yang harusnya sembilan bahan pokok". Mas budi hanya nyengir menunjukan gigi kuning dampak dari asap rokok yang dihisapnya tiap hari itu
Selidik punya selidik kali ini bukan inem anak fakultas ekonomi yang menjadi beban pikirannya, akan tetapi masalah pengadaan sekretariatan organ mahasiswa yang ia ikuti. Ia menyesal kemarin mengirim pesan siaran kepada seluruh kontak di smartphonenya yang berisi "mengutuk siapapun penerima serangan fajar maupun yang mendapat manfaat dari serangan fajar"
Ia berharap 678 orang dikontak smartphone nya lupa ia pernah mengirimkan pesan siaran itu. Ia berharap cepat datang nya tanggal pemilihan hingga uang yang didapat dari serangan fajar bisa sedikit mengurangi kekurangan biaya sewa rumah yang akan dijadikan kesekretariatan. Ia mensiasati hal ini dengan pulang ke kampung halamannya guna terhindar dari kawan-kawan yang ia kirimkan pesan siaran.
Aduh, ayong sangat ingin cepat-cepat hari pemilihan. Nanti sore, ketika ia pulang ke kampung halamannya ia akan terhindar dari siksaan dekat kawan-kawan yang ia kirimkan pesan siaran. Ia masih terpaku melihat langit-langit kosan, sesungguhnya tak ada jalan lain dalam pikirannya selain memanfaatkan serangan fajar.
Tak sabar ia, akhirnya ia berkemas dan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya pagi ini juga. Rampung ia berkemas dan memastikan tidak ada yang tertinggal kecuali jadwal ngampus mata kuliah akuntasi biaya yang memang sengaja ia tinggalkan untuk pulang ke kampung halaman. Belom sempat ia turun dari lantai dua menuju parkiran motor kosan smartphonenya berbunyi. Terlihat jelas ibunya mengirimkan pesan. "aku kutuk siapa pun yang pulang untuk menerima serangan fajar !!!". Sontak ayong kembali kedalam kosan dan kembali terpaku melihat langit-langit kosannya yang bertulis "hidup hanya mengolah keluhan menjadi senandung kekasih. (Yoga)
Komentar
Posting Komentar