Buyung Dan Pengerdilan Pendidikan Di Republiknya
Darmakritika - "Sekali lagi ini hanyalah sebuah kisah dari Buyung mahasiswa kampus biru yang selalu mencoba kritis walaupun ia tidak pernah dilarikan kerumah sakit, ia sangat yakin seyakin decul ingin menjuarai champions tempo hari walaupun gak kejadian. dengan paham alakadar dan pengamatan yang telah di dasari dengan keadaan objektifnya, mari kita sama - sama bersedia untuk di ajak bingung sama Buyung, berhubungan dengan bulan puasa konten ini tidak berisikan sebat dan minum kopi takut mengandung unsur menggiring opini publik untuk minum kopi di warung bude tanjung bintang".
Balik ke konteks obrolan yang tidak seberapa penting dibandingkan berapa pacar kalian yang sudah kalian tidurin. Eh maaf mengandung unsur dewasa tapi kenyataan hari ini seperti itu yang lebih penting menurut pemikiran banyak orang zaman sekarang. Kali ini beneran balik ke konteks ya. Maaf ya kalo garing, tapi cuman ini awalan yang bisa Buyung suguhkan untuk kalian, karena kedepan kita akan sama sama mereflesikan otak dan pikiran kalian agar sama - sama untuk sejenak berpikir tentang keadaan mahasiswa sekarang, salahnya sistem pendidikan, pendidikan sebagai kaki tangan dari kaum pemilik modal, pendidikan mega bank, pendidikan yang seharusnya balik lagi kepada rumusan founding father dan sebuah ajakan untuk kembali pada keutuhan pendidikan kalo tidak mau diajak ya sudah tidak apa - apa, toh benar menurut diriku belum tentu benar untuk kamu sayang.
Perihal masalah itu, sangat mutlak untuk kita sayangkan karena keadaan mahasiswa sekarang telah mengingkari janji sakral yang dibuat mahasiswa terdahulu, mereka lupa tujuan eksternal mahasiswa itu untuk apa, tujuan eksternal mereka dahulu itu kalo tidak salah, kalo tidak salah ya karena benar menurut diriku belum tentu benar untuk dirimu sayang, tujuannya itu menjadi suatu pelopor untuk menjadi penyambung lidah rakyat atas suatu perlakuan tidak senonoh yang dilakukan oleh pemerintah bukan malah ketika masih mengenyam bangku mahasiswa sudah menjadi alat dari pemerintah itu sendiri sehingganya mereka lupa akan tanggung jawabnya haduh. Mahasiswa zzzaman sekarang seakan menjadi tokoh pasif dan dosen hanya sebagai media penyalur atau transfer ilmu sehingganya ketika dosen menyampaikan mahasiswa hanya enggih enggih aja, haduh kacau. (Paulo pierre)
Karena menurut martin baber koyo ngene, jika komunikasi yang terjalin hanya satu arah yaitu tadi metode transfer bank menurut Paulo Pierre dan aku - itu menurut Martin Baber, adalah sebuah kesalahan yang amat disayangkan, karena dengan metode tersebut tidak akan adanya sebuah komunikasi berlandaskan cinta yang terbangun karena tidak adanya respon dari objek yaitu mahasiswa.
Tapi sepatutnya mungkin pandangan Buyung ini jangan langsung kita percaya kawan - kawan, karena benar menurut Buyung belum tentu benar menurutmu yagak. Perihal tentang permasalahan diatas saya setuju komunikasi bisa terjalin dengan baik jika adanya timbal balik dari objek dengan kata lain adanya cinta yang tumbuh antara satu sama lain lebih konkritnya adalah ketika dosen menjelaskan mahasiswa pun turut andil dalam pengambilan materi yang disampaikan sehingganya sama sama enak, tutur wiji tukul dalam kata katanya. Sehingganya komunikasi yang dibangun menjadi Aku - Engkau, karena dosen juga mengaggap mahasiswa sebagai objek menjadi aktif tidak pasif lagi.
Dan untuk pengajar serta sistem yang diberlakukan ada beberapa tambahan dari saya selaku Buyung, mungkin ya, mungkin loh ini. kita harus kembali kepada 3 komitmen yang di pegang Ki Hajar Dewantara yaitu seorang dosen ketika didepan harus mendidik dan menjadi tauladan atau contoh, ditengah tengah harus mampu menjadikan mahasiswanya untuk bisa menciptakan ide transformatif atas suatu angkara murka permasalahan, seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan arah kepada mahasiswanya.
Tapi, ya tapi loh. Seorang dosen hanya memberi materi atas apa yang telah kuasai, jarang atau bahkan tidak memberikan suatu dorongan atau ide transformatifnya. Daaaaan, menurut Buyung kala itu dia berbisik, yang bisa menjawab atas permasalahan doktrinisasi kaum kapital hanya tan malaka, karena menurut ia kemerdekaan rakyat hanyalah bisa diperoleh dengan pendidikan kerakyatan, menghadapi kekuasaan kaum yang bermodal yang berdiri atas pendidikan yang berdasarkan kemodalan. Kemerdekaan dari kemiskinan dan kebodohan, sehingga menjadi bangsa yang mandiri dalam kehidupan sosial ekonomi, politik, hukum, dan budaya (husnay)
Komentar
Posting Komentar