Buyung Dan Kawan Kawan, Serta Masalah Makro Indonesia!
"Sebuah tulisan dari Darmakritika yang diapresiasikan untuk PMII Komisariat IIB Darmajaya atas pemberian jalan-nya kepada kami kroco mumet dengan memberikan pendidikan alternatif ditengah tengah maraknya kampus yang hanya menjalankan pendidikan formalitas kepada mahasiswanya, yang nantinya tulisan ini juga akan menjadi sebuah naskah dari film pendek yang bekerja sama dengan PMII IIB Darmajaya"
DARMAKRITIKA - "Eh kon, liat geh postingan gue. Sabi gak?! Eh markonah liatin dulu napa".
"Apaan sih yong, lo bukannya belajar malah ngurus gituan!".
"Belajar? Emang kenapa? Baru juga pertemuan pertama, ambisius banget sih".
"Lah, lo gatau? Ini kan mata kuliahnya pak sitorus mitosnya nih ya, dia selalu ngsih kuis lisan di pertemuan pertama, dan kalo lo gabisa jawab. fix! kelar hidup lo".
"Ah. Probabilitas itumah, kemungkinan gw dipilih kan kecil banget, eh gw post sekarang ya".
Tak lama dari itu, pak Sitorus pun datang memasuki kelas untuk memulai perkuliahan ekonomi makro
"Yak selamat siang, absen nomor 13 tomes, apa pengertian ekoomi makro?".
Dan waktunya tomes pun menjawab “ekonomi makro merupakan kegiatan pereonomian yang mempelajari secara keseluruhan. Bagaimana ekonomi berubah dan mempengaruhi secara keseluruhan mulai dari masyarakat, perusahaan dan pasar. Si penulis ini bingung, mungkin semalaman tomes belajar tentang ekonomi makro makanya dia lancar menjawab pertanyaan pak Sitorus.
Gertak pak Sitorus pun tak berhenti sampai disitu ia memulai dengan berkata, Lanjutnya ya nomor Absen 26 Kentung, apa peranan pemerintah dalam ekonomi makro?
Kentung sontak kaget dengan member isyarat kepada Markonah “gw jawab?” dia pun berdiri dan berucap “peranan pemerintah dalam ekonomi makro menurut saya sangat penting pak, diantaranya melalui produk kebijakan moneter, kebijaka fiskal, dan kebijakan ekonomi internasional. Menurut kentung melemahnya permintaan dan penawaran agregat menyebabkan perekonomian kita yang sedang berkembang ini masuk kedalam permasalahan tanpa ujung. Oleh karena itu campur tangan pemerintah sangat diperlukan untuk memutuskan mata rantai ini. Kentung sukses menjawab pertanyaan pak Sitorus tapi disisi tempat Kentung sedang duduk ini ada Markonah yang sedang kesal terhadap Kentung. Sontak ia melontarkan argument “ngakunya sih gabelajar, tapi pas ditanya, Lancaaar beneeeer”. Mendengar itu Kentung pun senyum mekar bahagia serasa berhasil menipu Markonah.tipikal mahasiswa seperti Kentung di sebut sebut “psytrap”.
Sesi pertanyaan pak Sitorus pun sudah selesai, beliau menambahkan “itulah mengapa setiap kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah harus tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ada yang mau bertanya?”.
Sontak si penulis pun kaget terlihat dari belakang ada yang menaikan tangan dan berucap
“permisi pak. Menurut saya arah pembangunan pemerintah saat ini sangat tidak tepat sasaran, kita ambil contoh yang paling nyata adalah apa yang telah terjadi di papua. Masalah yang paling besar adalah gizi buruk dan kurangnya fasilitas kesehatan akan tetapi pemerintah justru membangun ribuan kilometer jalan yang hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.
Kemudian menimpal dari pertanyaan Buyung melayangkan argumen “kenapa kau bertanya seperti itu Buyung?”
Tanpa ragu Buyung langsung menyautkan timpalan dosennya “ya karena Buyung cinta dengan negeri ini pak dan Buyung merasakan ada ketidak adilan yang dirasakan saudara saudara buyung di Papua”.
Lanjut “hmm. Ketidak adilan ya, jika kau Buyung kuminta keluar dari kelas ini, terima nggak?”
Buyung pun langsung menerka argumen pak Sitorus “ya jelas Buyung tidak terima pak, karena Buyung membayar uang kuliah yang sama seperti teman teman Buyung disini, dan belajar adalah hak Buyung disini.
Pak Sitorus menjawab terkaan Buyung begini “begitu juga masyarakat Papua, mereka bayar pajak sama seperti kita, tapi kenapa mereka tidak bisa menikmati pembangunan jalan seperti kita?”
Saat itu Buyung terlihat sudah kesal, dia berkata “Ya tapi pada intinya adalah masalah yang terjadi saat ini di Papua adalah gizi buruk dan kurangnya fasilitas kesehatan, tapi kenapa pemerintah malah membangun ribuan kilometer jalan, arah pembangunan pemerintah tidak tepat sasaran, sesimpel itu pak!”
Pak Sitorus pun bertanya “jadi menurut kamu jika pemerintah mengalihkan dana pembangunan jalan untuk belanja obat obatan makanan dan puskesmas, maka masalah yang terjadi di Papua akan selesai?”
Dan dengan nada senang Buyung menerka pertanyaan dosennya dengan “ITU YANG MEREKA BUTUHKAN PAK!”
Pak Sitorus melontarkan argumen “siapa yang ingin menambahkan atau menyangkal pendapat Buyung?”.
Terlihat salah satu mahasiswi cantik yang daritadi duduk diam didepan seolah tidak peduli akan perdebatan yang ada, mahasiswi itu bernama Alya dengan spontan ia melambaikan tangan serasa risih ingin menjawab permasalahan atas perdebatan yang terjadi.
Alya pun memulai pembicaraan “maaf bukannya ingin menyangkal tapi saya hanya ingin membenarkan atas perdebatan yang terjadi saat ini. Oke, memang benar masalah yang terjadi saat ini di Papua adalah gizi buruk dan kurangnya fasilitas kesehatan tapi jujur ya, saya pernah menetap di Papua selama 5 tahun disana karena urusan keluarga mempunyai bisnis. Dan ternyata di Papua masih banyak sekali daerah daerah yang sangat terisolasi di era modern seperti ini, daerah daerah yang hanya bisa di akses dengan menggunakan kapal kayuh kecil dan pesawat perintis. Penduduk penduduk di daerah seperti itu sangat sulit sekali mendapat bantuan disaat mereka sangat membutuhkan bantuan kebutuhan, saya pikir kalo ini terus menerus dibiarkan maka kasus kasus seperti gizi buruk itu akan terus terjadi.
Saat itu terlihat dengan senyum lega pak Sitorus melanjutkan pendapat Alya “itulah sebenarnya yang menjadi pokok permasalahannya, mau sebanyak apapun bahan makanan, obat obatan dan bahan bahan pembangunan puskesmas yang kita kirim kesana, tidak akan selesai permasalahan tersebut, jika masih ada wilayah Papua yang aksesnya tertutup. Ini sebenarnya soal mindset Buyung, kita yang hidup di Bandar Lampung, melihat pembangunan jalan dianggap solusi untuk mengatasi masalah kemacetan yang terjadi karena membludaknya jumlah kendaraan. Jadi wajar dengan mindset yang seperti itu menganggap pembangunan jalan di Papua adalah hal yang sia sia karena jumlah kendaraan disana tidak sebanyak di Bandar Lampung. Tapi itu keliru, karena jalan adalah penghubung mereka ke dunia luar yang selama ini sulit mereka dapatkan.
“Saudara Buyung ada pertanyaan lain” Pak Sitorus menerka dan menunjuk ke arah Buyung.
“tidak pak, Buyung minta maaf. Buyung bukan siapa siapa”.
“jangan minta maaf, ini Negara Demokrasi bukan Tirani HAHA, justru itulah yang saya harapkan dari seorang mahasiswa, Kritis dan Idealis. Tapi alangkah baiknya jika Kritis dan Idealis itu di bekali dengan ilmu pengetahuan yang komprehensif. UNTUK ITULAH KALIAN KULIAH DISINI sampai disini ya, kita lanjutkan materi tentang TEORI ADAM SMITH”.
Kita tarik kesimpulan, walaupun jujur saya out of understanding mengenai sistem pemerintah dan fungsinya tapi dilihat dari sisi tidak hanya institusi maupun oknum, mereka masih mempunyai human dimension-nya. ada yang tertutup dengan berbagai macam politik heavy rhetoric atau interest ada yang idealisem ada juga yang terang terangan purely ingin memajuka daerah daerah yang telah memilih mereka sesuai pemilihan sehat. Ya kadang kadang kalau kita lihat politik itu penuh dengan masalah masalah dan gejolak retorika yang bersifat sentral dan mensentralkan pada beberapa oknum atau institusi yang kurang jeben akan tugasnya tapi disisi lain kita harus percaya bahwa tujuan kita anak ibu pertiwi baik yang memimpin, yang sedang dalam jenjang proses, dan yang masih tidak tau menau akan hal tersebut, saya yakin entah dimana dan kapan masa ittu berada INDONESIA akan menjadi Negara yang penuh cinta dan kasih sayang, damailah hatimu, damailah anak anak bangsa entah dimana pun kalian berada karena pada suatu saat nanti saya yakin kalianlah pemegang tongkat perjuangan untuk menjaga perdamaian Indonesia. (HUSNAY)
Komentar
Posting Komentar