Balas dendam seorang balerina



Penjara ini seakan menjadi saksi bisu untuk sahaya, bagaimana mungkin, pertemuan yang tak pernah terduga atau memang kebetulan skenario ini sudah ditulis oleh yang maha pantas hehehe.

Sesaat keberanian diriku pun memuncak seperti mencapai titik tertinggi dari sebuah perlakuan, dengan berani aku pun memandang hanya sepintas tapi rasa nya menetap hehe.

Awal berbicara dengannya semakin egois diri ini untuk yakin pada saat saat seperti itu. ah sial, aku kenapa? Andaikata angin bisa berbicara mungkin kata pertama yang terucap itu sungguh lebay hahahaha.

Kapanpun dan dimanapun kita saat bertemu, sejenak memikirkannya seperti keajaiban yang dikirimkan satu arah meluas perlahan ke sudut ruang yang tak terbatas. Tapi tak mengapa kalaupun rasa ini tak engkau sadari, setidaknya hanya dalam sudut pandang yang luas aku pun memandangmu disetiap hela hela pertemuan,  aku selalu mempercayai bahwa itulah kau dan aku bertemu dalam sebuah keajaiban.

Kita memang mempunyai indera penglihat yang sama tapi tidak dengan cara pandang yang serupa. 
Egois sih memang, tapi mau bagaimana lagi. Toh, kita menganggap tak ada orang lain yang mampu mengerti kita, ya kan hehe. tapi begitulah kiranya kita bisa melihat objek yang sama dengan sudut pandang yang berbeda kita ini.


Beruntungnya aku pada saat ini, sekarang bukan lagi keajaiban tetapi kenyataan yang aku terima dengan apa adanya, apa apa yang selalu aku pertanyakan akhirnya waktu pun menjawab.

Seiring dengan kesabaran melawan kegegoisan cinta pun tumbuh dan merawat dirinya sendiri, bernyanyi didalam sunyi yang berbunyi, sungguh bermakna setiap garis kata - kata yang kau ucapkan, tak penting orang lain bilang apa.dan rindu yang telah melekat pun kini menyatu dalam sebuah ikatan yang tidak akan pernah terbayang kan oleh siapa pun. rindu yang tak berubah arah sedikit pun, sungguh aku yang sangat bodoh tapi sangat - sangat mencintaimu tanpa sebab dan akibat. (aya)

Komentar

Postingan Populer