Sebuah Majelis Yang Diharapkan Masyarakat Inteleknya

DARMAKRITIKA - Di bulan yang november rain ini, doaku yang seragam tak lebih hanya tuk para wakil-wakil mahasiswa bisa terbebas dari belenggu sebuah pagar besi birokrasi yang mensifati ketidak-bebasan kepada kalian wahai para oknum perwakilan dari sekian banyak mahasiswa.

Ingatlah, kalian adalah bagian wajah dari dipa mahasiswa kampus biru. Jangan sampai relung jiwamu terbelenggu dikurung dalam tempurung hierarki kampus yang seharusnya kalian mendapat kedudukan yang sejajar dengan para birokrasi.

Ada tiga catatan yang penting untuk digaris bawahi dalam rekam jejak majelis perwakilan mahasiswa yakni PERTAMA "kaizen terhadap kinerja majelis dari tahun ke tahun, KEDUA penyampaian aspirasi mahasiswa secara langsung terhadap majelis yang seharusnya menjadi kajian bersama dengan para birokrasi kampus biru, dan KETIGA adalah kami dari keluarga besar Darmakritika yang beranggotakan mahasiswa yang kebetulan sedang berproses di kampus biru mendengar kabar perihal pemilihan raya (pemira) yang akan diselenggarakan online, ini bisa menimbulkan kurangnya legitimasi kepercayaan masyarakat intelektual terhadap panitia penyelenggara pemira, yang mungkin bisa terjadi KECURANGAN dalam pemilihan" Tentu hal ini menjadi pertanyaan besar kita bersama selaku masyarakat kampus biru yang kalian wakili ini.

Dalam hal ini, kita aliansi Darmakritika mengerucutkan ketiga hal yang digaris bawahi diatas menjadi ke pertanyaan yang lebih kecil lagi menjadi "kemana Majelis perwakilan masyarakat intelektual kampus biru? Apa fungsinya sampai saat ini? Jika hal-hal seperti itu tidak menemukan jawabannya seperti sebuah konspirasi diri kita yakni SIAPA AKU?".

Berkaca dari kejadian yang terjadi tempo lalu dimana birokrasi kampus biru mengeluarkan kebijakan dadakan mengenai perihal bimbingan yang harus dilakukan secara face to face terhadap dosen pembimbing yang sedangkan pada waktu itu kebijakan tersebut turun ketika hari libur para masyarakat kampus biru setelah ujian akhir semester, lalu dimana peran majelis yang katanya menjadi perwakilan mahasiswa? Kabar tersebut kami dapatkan dari anggota kami yakni Buyung yang juga merupakan anggota aliansi Darmakritika. Coba kalo dia gak cerita, mungkin kita tidak tahu masalah kebijakan yang seperti tahu bulat di goreng dadakan itu.

Setelah berkaca, berbenahlah dari kejadian yang telah usai. Pada suatu saat, yang terjadi adalah kenaikan biaya praktek kerja pengabdian masyarakat yang seharusnya dibayarkan dengan jumlah yang tetap seperti kloter pertama, tetapi terjadi sebuah kenaikan yang lagi-lagi DADAKAN GAES, seperti tahu bulat yang sering di goreng dadakan.... maka dari itu tentu kita harus sepakat dengan 2 kata yang paling tepat di dunia untuk mereka yakni KEMANA MAJELIS??? Majelis perwakilan masyarakat intelektual seakan hilang seperti Wiji Thukul, Marsinah, ataupun Gayatri.... sungguh haram ketika mereka menjustifikasi bahwa kita hanya melihat secara kasat mata kejadian yang terjadi, membunyikan suara di keramaian yang hanya terjadi saat ketika suatu kejadian itu banal ditelinga masing-masing masyarakat, kemana kalian wahai para perwakilan pada saat itu?? Bak seperti dikejar-kejar Rentenir kau pun menghilang tanpa kabar, kan aku jadi khawatir...

Untuk hal-hal baik kedepannya, seperti fiksi yang kita akan temukan diakkhirnya, seperti mimpi dejavu yang sebentar lagi akan bertemu kenyataanya, maka Aliansi Darmakritika menitipkan sebuah surga yang harus dilakoni oleh tokoh perwakilan masyarakat yang kami beri judul "memutus mata rantai akan stigma masyarakat intelektual yang berpikir bahwa majelis perwakilan dengan segala ketertutupannya". Sekian dan terimakasih (ni)

Komentar

Postingan Populer