NGAKUNYA KI HADJAR TAPI DEWAN MABOK
Seperti biasa amuy merebahkan sedikit badannya seusai bekerja mulai dari arunika sampai petang senja di bale bambu tepat didepan pabrik teh tarik tempat biasa Ia mengais sedikit rupiah untuk selanjutnya di sisihkan ke tabung bambu miliknya sebagai biaya tambahan semester kuliah yang belum menemui titik terang akan diringankan biaya kuliahnya oleh pak Roni selaku warek 2 dikampusnya kampus Darmajaya.
meski sudah mem-follow up berkali-kali dari pihak atas sampai kemahasiswaan, nampaknya kebenaran objektif yang di bicarakan oleh amuy kepada birokrasi kampus nya di rasa belom cukup untuk meyakinkan pihak kampus agar si amuy yang malang dapat diberi sedikit kringanan biaya di Darmajaya, alih-alih di berikan bantuan, pihak kampus malah beralasan bahwa IPK si Amuy kurang memenuhi syarat untuk dapat bantuan
di dalam pikiran amuy berkata = ini bantuan sebenarnya buat orang susah apa buat orang pintar?.
tidak bolehkan orang bodoh yang susah di tolong?.
apakah harus pintar dulu baru di tolong.?
apakah tidak ada kesempatan bagi yang bodoh di tolong agar menjadi pintar?
Dan apakah tolak ukur pintar dilihat hanya dari angka tabu yang bernama IPK?
serendah itukah tolak ukur intelektualitas dan cendekiawanitas di Indonesia.? eh tidak maksud nya di Darmajaya?
eh apa kebalik?
ah biarin ajaa nggak akan di gubris juga sama dinasti Alfian.
apa jangan-jangan kampus tempat Amuy kuliah sekarang Ialah memang kampus yang didesain dari dulu memang untuk mempintarkan yang sudah pintar atau membodohi yang sudah pintar atau membodohi yang sudah bodoh?
ini sudah melanggar filosofi dasar dari pendidikan Indonesia itu sendiri seperti yang dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara
Amuy yang sekarang ialah Amuy yang gagal di BEM menjadi menteri SDM dikampus Darmajaya, yang tadinya ber cita-cita sebagai aktivis kemanusiaan akan tetapi merasa gagal memanusiakan dirinya sendiri.
yang tadinya sangat semangat hingga berapi-api bicara soal kebenaran objektif, rasa-rasanya semangat berapi-api tersebut sekarang telah menjadi arang dan abu.
akan tetapi bukan Amuy namanya jikalau harus mengalah dengan nasib buruk, karena Amuy sudah biasa bertarung dengan nasib buruk dari kecil. nampaknya sesuatu yang bernama nasib buruk memang dilakoni oleh Tuhan sebagai Rahwana di dalam hidupnya Amuy untuk menahan kebahagiaan yang secantik Dewi Shinta dihidupnya.
yaaah, namanya nasib semuanya buruk jikalau nasib itu tentang hidupmu Muy, ujar seorang DOKPOL kawannya yang sudah menjadi patron Amuy semenjak ber-PMII. (MOZA ARISHANDI)
Intinya dalam percakapan tersebut si kaya dengan si miskin.
BalasHapusSi kaya : siapa suruh jadi orang miskin.
Si miskin : salah nya saya tidak di kasih kesempatan untuk merubah itu semua.